Wednesday, September 2, 2015

Koptela 383 Hadir pada Silaturahmi IKPNI

Foto: Thamrin Mahesarani
Dengan apa kita menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa? Dengan doa? Ya, itu pasti bermanfaat, mengingat mereka memang sudah di alam baka. Dengan memberi fasilitas kepada anak-cucunya? Itu adalah cara membalas budi yang baik. Namun di atas itu semua, pasti yang terbaik ialah dengan berkontribusi nyata untuk kepentingan bangsa dan negara, supaya perjuangan dan pengorbanan jiwa-raga mereka tidak menjadi kesia-siaan semata, misalnya, dengan bekerja dan berkarya untuk membantu masyarakat kurang beruntung, dengan niat semata-mata demi mewujudkan cita-cita meraih kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia. Terlalu muluk? Ya... tidak jugalah, terutama bagi orang-orang yang punya kepedulian kepada sesama, dan khususnya kepada saudara setanah-airnya.

Foto: Thamrin Mahesarani
Koperasi Teladan 383 (Koptela 383), yang pendiriannya didasari oleh niat untuk membukakan pintu-pintu menuju jalan kesejahteraan bagi teman-teman Alumni SMAN 3 Jakarta – Angkatan 1983, jelas bukanlah tujuan yang mudah, sederhana, atau pun sepele. Karena konsekuensinya, setelah adanya niat itu, maka sudah semestinya diikuti dengan kesungguhan kerja dan juga perjuangan yang tanpa akhir untuk mewujudkan cita-cita, yang pastinya akan terus pula bertumbuh kian tinggi, menuju pada tingkat teratas yang disebut sebagai ranah kesejahteraan. Di mana itu? Di saat semua orang mulai merasa tercukupi kebutuhannya.

Foto: Thamrin Mahesarani
Namun alangkah sayangnya apabila pengerahan energi yang begitu besar dan konstan, dalam upaya menjangkau jenjang kesejahteraan itu, outputnya harus dibatasi hanya pada lingkup di sekitaran Alumni 383 saja. Mengapa tidak meliputi seluruh Alumni SMAN 3 Jakarta sekalian? Mengapa juga tidak sekalian untuk seluruh rakyat Indonesia? Mengapa tak sekalian saja untuk seluruh umat manusia? Bukankah, katanya, cita-cita itu memang harus yang setinggi-tingginya, supaya usaha untuk meraihnya jadi dengan semangat yang besar dan tekad yang sangat kuat?

Foto: Thamrin Mahesarani
Maka, tujuan Koptela 383 pun kemudian diluaskan, tak hanya sebatas untuk lingkup Alumni 383, tapi juga bagi Alumni SMAN 3 Jakarta, dan seluruh rakyat Indonesia. Namun begitu, tentu saja Koptela 383 harus mengikuti hukum alam yang berlaku, yaitu diawali dengan dilahirkan dan kemudian bertumbuh sesuai kemampuannya, seperti benih yang berkecambah, lalu mulai bertunas, berdaun, bercabang, dan terus tahap demi tahap untuk menjadi pohon. Seberapa besar dia? Seberapa kuat dia? Itu semua tergantung pada bumi tempatnya hidup dan bagaimana dia dirawat dan dipelihara.

Foto: Thamrin Mahesarani
Langkah-langkah pendahuluan telah dilakukan oleh Koptela 383, yaitu bekerjasama dengan media online – tnol.co.id – yang masih saudara kandungnya, karena sama-sama berasal dari Alumni 383, dan kemudian juga bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) – sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Tapi, bagaimana dengan yang mewakili Alumni SMAN 3 Jakarta? Sebetulnya sudah beres lebih dulu. Sebab, salah satu dari pendiri Koptela 383 adalah Alumni 389 – Alumni SMAN 3 Jakarta, Angkatan 1989. Jadi, dengan demikian, Koptela 383 sudah berada pada track idealismenya, yaitu untuk menjadi wahana bagi Alumni 383, Alumni SMAN 3 Jakarta, dan masyarakat umum, dalam mencapai tujuan hidupnya – yaitu kesejahteraan.

Foto: Thamrin Mahesarani
Maka, ketika IKPNI berencana menyelenggarakan acara Silaturahmi Bersama Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia, dalam rangka memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-70 Tahun dan sekaligus Halal bi Halal, Koptela 383 juga segera menyiapkan rencana untuk dapat turut berpartisipasi. Namun karena Koptela 383 belum resmi beroperasi, maka partisipasinya juga belum bisa semaksimal yang seharusnya.

Foto: Thamrin Mahesarani
Ketika rencana acara itu kemudian dilaksanakan, pada hari Minggu, 30 Agustus 2015, di Gedung Konvensi Kementerian Sosial RI, yang berada di pinggir areal Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Koptela 383 hadir berpartisipasi dengan ikut dalam bazaar yang diadakan di acara tersebut. Kesertaan yang sekaligus sebagai ajang ujicoba bidang usahanya itu, Koptela 383 menjual paket Sembako Murah, yaitu paket yang berisi beras 1 kg, minyak goreng 0,5 liter, dan gula pasir 250 gram. Selain itu, tentunya sambil menyosialisasikan Koptela 383 kepada yang hadir juga, yaitu dengan membagikan selebaran dan memasang standing banner Koptela 383.

Silaturahmi Bersama IKPNI
Foto: Thamrin Mahesarani
Sebagai komunitas keluarga pahlawan nasional, maka kegiatan atau acara yang diselenggarakannya umumnya berkaitan dengan peringatan hari besar nasional, seperti peringatan hari proklamasi, hari pahlawan, dan semacamnya. Karenanya, acara-acaranya juga cenderung serius dan banyak sesi-sesi khidmatnya. Sebab mereka yang tergabung dalam komunitas ini rata-rata mewakili keluarganya (Suami, Ayah, Ibu, Kakek, atau Nenek) yang seorang pahlawan nasional. Sehingga otomatis, kewibawaan yang diwakilinya, sebagai pahlawan, harus dijaga sebaik-baiknya.
Foto: Thamrin Mahesarani
Acara yang menyandang tema “Semangat Perjuangan Pahlawan Sebagai Landasan Etos Kerja” ini berlangsung sejak pukul 10. Namun karena sesuatu dan lain hal, TNOL baru sampai di lokasi acara pada pukul 11. Dan ketika TNOL tiba di lokasi, Mooryati Soedibyo pas selesai menyampaikan kata sambutan. Sayang sekali. Namun ada yang menarik, ketika Drs. Andi Hanindito, M.Si, Direktur K2KS (Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial) Kementerian Sosial, menyampaikan kata sambutannya, dia menyoroti pentingnya menyiapkan generasi muda IKPNI agar mereka bisa menjadi generasi penerus yang patut dibanggakan, dan akan mengangkat citra IKPNI. “Sudah waktunya kita membina mereka dengan serius. Karena mereka inilah masa depan kita.” Hal itu, rupanya terungkit setelah ia melihat antusiasme remaja-remaja yang akan tampil mengisi acara, baik yang tergabung dalam grup vokal dan pengiringnya yang memainkan biola atau angklung, maupun trio gadis yang akan mementaskan tari Bali.
Koptela 383 dan Peragaan Busana OH Butik

Foto: Thamrin Mahesarani
Rangkaian kata-kata sambutan ditutup dengan doa bersama. Setelah itu, acara diisi dengan hiburan. Diawali dengan penampilan vokal grup yang diiringi dengan keyboard, biola, dan angklung. Mereka membawakan beberapa lagu yang diawali dengan lagu Batak: Alu Si Au. Setelah grup vokal itu turun, tiga orang gadis berkostum burung putih ganti mengisi panggung dengan tarian Bali yang indah.

Foto: Thamrin Mahesarani
Menjelang tengah hari, acara terakhir digelar, yaitu peragaan busana dari OH Boutique. Mula-mula yang tampil adalah Bapak-bapak dan Ibu-ibu IKPNI yang kesemuanya mengenakan kemeja dan blus batik. Rupanya, kemeja dan blus batik itu adalah seragam IKPNI yang baru. Jadi, penampilan dua pasang peragawan dan peragawati ‘senior’ tersebut adalah dalam rangka memperkenalkan seragam baru mereka.

Setelah para peragawan dan peragawati ‘senior’ turun, peragaan busana dilanjutkan oleh para peragawan dan peragawati profesional. Busana yang mereka peragakan – dari OH Boutique, pada awalnya adalah busana kreasi etnik dari hasil paduan dengan kain sarung, tenun, maupun songket. Setelah itu, giliran busana-busana rancangan OH Boutique yang lain yang diperagakan, mulai dari busana muslim, kaftan, gaun panjang, sampai ke gaun mini yang indah. Sedangkan para peragawannya menampilkan kemeja dan blazer yang gaya.

Foto: Thamrin Mahesarani
Acara peragaan busana ditutup dengan pemberian karangan bunga kepada Otty Hari Chandra Ubayani, pemilik OH Boutique, oleh Mooryati Soedibyo dan Aisyah Hamid Baidlowi. Setelah mereka berfoto bersama, acara dilanjutkan dengan makan siang. Dan waktunya memang pas. Pas tengah hari dan pas sudah lapar. Maka hadirin segera menyebar ke kedua sisi gedung. Di sebelah kanan ada Soto Kudus serta jus buah, dan di sebelah kiri ada nasi dengan lauk pauknya serta es campur.

Mengisi suasana makan siang, pemain organ tunggal dan penyanyinya melantunkan lagu-lagu lama dan lagu-lagu perjuangan. Namun setelah membawakan beberapa lagu, penyanyinya harus mengalah oleh mereka yang ingin menyumbangkan suaranya. Maka, beraneka lagu segera terdengar dari para kontributor. Ada yang menyanyikan lagu perjuangan, lagu cinta jadul, dan bahkan ada yang menyanyikan lagu berbahasa Perancis!

Foto: Thamrin Mahesarani
TNOL beranjak ke area bazaar yang terletak di dekat pintu masuk, dan menghampiri Ketua Umum Koperasi Teladan 383, Otty, yang sedang duduk di belakang meja jualan Sembako Murah Koptela 383. Tapi tumpukan paket sembako di meja terlihat sudah tinggal sedikit. Dan TNOL lihat ada dua dus berisi penuh paket sembako, di belakang meja. Sambil mendekat, TNOL bertanya apa Koptela sudah mau tutup, kepada Otty. “Sudah habis diborong, Mas. Cuma tinggal ini,” jelas Otty, menunjuk paket Sembako Murah yang masih tersisa di atas meja. Lebih lanjut, Otty menyampaikan kabar gembira dengan wajah sumringah. “Insya Allah, Koptela 383 bakal dapat order menyediakan sembako buat warga IKPNI nih, Mas.”

Alhamdulillah, mudah-mudahan. Dan semoga kerjasama yang saling menguntungkan antara Koptela 383 dengan IKPNI bisa berlangsung langgeng. Sehingga tujuan pendirian Koptela 383 benar-benar bisa terwujud, yaitu bersama-sama meraih kesejahteraan, dan sekaligus ikut meneruskan cita-cita perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita, untuk Indonesia yang merdeka dan sejahtera.

No comments:

Post a Comment