Foto: Thamrin Mahesarani |
Dengan apa kita menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa? Dengan
doa? Ya, itu pasti bermanfaat, mengingat mereka memang sudah di alam baka. Dengan
memberi fasilitas kepada anak-cucunya? Itu adalah cara membalas budi yang baik.
Namun di atas itu semua, pasti yang terbaik ialah dengan berkontribusi nyata
untuk kepentingan bangsa dan negara, supaya perjuangan dan pengorbanan
jiwa-raga mereka tidak menjadi kesia-siaan semata, misalnya, dengan bekerja dan
berkarya untuk membantu masyarakat kurang beruntung, dengan niat semata-mata demi
mewujudkan cita-cita meraih kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat
Indonesia. Terlalu muluk? Ya... tidak jugalah, terutama bagi orang-orang yang
punya kepedulian kepada sesama, dan khususnya kepada saudara setanah-airnya.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Koperasi
Teladan 383 (Koptela 383), yang pendiriannya didasari oleh niat untuk
membukakan pintu-pintu menuju jalan kesejahteraan bagi teman-teman Alumni SMAN
3 Jakarta – Angkatan 1983, jelas bukanlah tujuan yang mudah, sederhana, atau
pun sepele. Karena konsekuensinya, setelah adanya niat itu, maka sudah semestinya
diikuti dengan kesungguhan kerja dan juga perjuangan yang tanpa akhir untuk
mewujudkan cita-cita, yang pastinya akan terus pula bertumbuh kian tinggi,
menuju pada tingkat teratas yang disebut sebagai ranah kesejahteraan. Di mana
itu? Di saat semua orang mulai merasa tercukupi kebutuhannya.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Namun alangkah sayangnya apabila pengerahan energi yang begitu
besar dan konstan, dalam upaya menjangkau jenjang kesejahteraan itu, outputnya harus dibatasi hanya pada
lingkup di sekitaran Alumni 383 saja. Mengapa tidak meliputi seluruh Alumni
SMAN 3 Jakarta sekalian? Mengapa juga tidak sekalian untuk seluruh rakyat
Indonesia? Mengapa tak sekalian saja untuk seluruh umat manusia? Bukankah, katanya,
cita-cita itu memang harus yang setinggi-tingginya, supaya usaha untuk
meraihnya jadi dengan semangat yang besar dan tekad yang sangat kuat?
Foto: Thamrin Mahesarani |
Maka, tujuan Koptela 383 pun kemudian diluaskan, tak hanya sebatas
untuk lingkup Alumni 383, tapi juga bagi Alumni SMAN 3 Jakarta, dan seluruh
rakyat Indonesia. Namun begitu, tentu saja Koptela 383 harus mengikuti hukum
alam yang berlaku, yaitu diawali dengan dilahirkan dan kemudian bertumbuh
sesuai kemampuannya, seperti benih yang berkecambah, lalu mulai bertunas,
berdaun, bercabang, dan terus tahap demi tahap untuk menjadi pohon. Seberapa
besar dia? Seberapa kuat dia? Itu semua tergantung pada bumi tempatnya hidup
dan bagaimana dia dirawat dan dipelihara.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Langkah-langkah pendahuluan telah dilakukan oleh Koptela 383,
yaitu bekerjasama dengan media online
– tnol.co.id – yang masih saudara kandungnya, karena sama-sama berasal dari Alumni
383, dan kemudian juga bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional
Indonesia (IKPNI) – sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Tapi, bagaimana
dengan yang mewakili Alumni SMAN 3 Jakarta? Sebetulnya sudah beres lebih dulu.
Sebab, salah satu dari pendiri Koptela 383 adalah Alumni 389 – Alumni SMAN 3
Jakarta, Angkatan 1989. Jadi, dengan demikian, Koptela 383 sudah berada pada track idealismenya, yaitu untuk menjadi
wahana bagi Alumni 383, Alumni SMAN 3 Jakarta, dan masyarakat umum, dalam
mencapai tujuan hidupnya – yaitu kesejahteraan.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Maka, ketika IKPNI berencana menyelenggarakan acara Silaturahmi Bersama Ikatan Keluarga
Pahlawan Nasional Indonesia, dalam rangka memperingati Kemerdekaan Republik
Indonesia Ke-70 Tahun dan sekaligus Halal bi Halal, Koptela 383 juga segera
menyiapkan rencana untuk dapat turut berpartisipasi. Namun karena Koptela 383
belum resmi beroperasi, maka partisipasinya juga belum bisa semaksimal yang
seharusnya.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Ketika rencana acara itu kemudian dilaksanakan, pada hari Minggu, 30
Agustus 2015, di Gedung Konvensi Kementerian Sosial RI, yang berada di pinggir
areal Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Koptela 383 hadir berpartisipasi
dengan ikut dalam bazaar yang diadakan di acara tersebut. Kesertaan yang
sekaligus sebagai ajang ujicoba bidang usahanya itu, Koptela 383 menjual paket Sembako Murah, yaitu paket yang berisi
beras 1 kg, minyak goreng 0,5 liter, dan gula pasir 250 gram. Selain itu, tentunya
sambil menyosialisasikan Koptela 383 kepada yang hadir juga, yaitu dengan
membagikan selebaran dan memasang standing
banner Koptela 383.
Silaturahmi
Bersama IKPNI
Foto: Thamrin Mahesarani |
Sebagai komunitas keluarga pahlawan
nasional, maka kegiatan atau acara yang diselenggarakannya umumnya berkaitan
dengan peringatan hari besar nasional, seperti peringatan hari proklamasi, hari
pahlawan, dan semacamnya. Karenanya, acara-acaranya juga cenderung serius dan
banyak sesi-sesi khidmatnya. Sebab mereka yang tergabung dalam komunitas ini
rata-rata mewakili keluarganya (Suami, Ayah, Ibu, Kakek, atau Nenek) yang
seorang pahlawan nasional. Sehingga otomatis, kewibawaan yang diwakilinya, sebagai
pahlawan, harus dijaga sebaik-baiknya.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Acara yang menyandang tema “Semangat
Perjuangan Pahlawan Sebagai Landasan Etos Kerja” ini berlangsung sejak
pukul 10. Namun karena sesuatu dan lain hal, TNOL baru sampai di lokasi acara
pada pukul 11. Dan ketika TNOL tiba di lokasi, Mooryati Soedibyo pas selesai menyampaikan kata sambutan. Sayang
sekali. Namun ada yang menarik, ketika Drs. Andi Hanindito, M.Si, Direktur K2KS
(Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial) Kementerian Sosial,
menyampaikan kata sambutannya, dia menyoroti pentingnya menyiapkan generasi muda
IKPNI agar mereka bisa menjadi generasi penerus yang patut dibanggakan, dan akan
mengangkat citra IKPNI. “Sudah waktunya kita membina mereka dengan serius.
Karena mereka inilah masa depan kita.” Hal itu, rupanya terungkit setelah ia
melihat antusiasme remaja-remaja yang akan tampil mengisi acara, baik yang
tergabung dalam grup vokal dan pengiringnya yang memainkan biola atau angklung,
maupun trio gadis yang akan mementaskan tari Bali.
Koptela
383 dan Peragaan Busana OH Butik
Foto: Thamrin Mahesarani |
Rangkaian kata-kata sambutan ditutup dengan doa bersama. Setelah
itu, acara diisi dengan hiburan. Diawali dengan penampilan vokal grup yang
diiringi dengan keyboard, biola, dan angklung. Mereka membawakan beberapa lagu
yang diawali dengan lagu Batak: Alu Si Au. Setelah grup vokal itu turun, tiga
orang gadis berkostum burung putih ganti mengisi panggung dengan tarian Bali
yang indah.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Menjelang tengah hari, acara terakhir digelar, yaitu peragaan
busana dari OH Boutique. Mula-mula yang tampil adalah Bapak-bapak dan Ibu-ibu
IKPNI yang kesemuanya mengenakan kemeja dan blus batik. Rupanya, kemeja dan
blus batik itu adalah seragam IKPNI yang baru. Jadi, penampilan dua pasang
peragawan dan peragawati ‘senior’ tersebut adalah dalam rangka memperkenalkan
seragam baru mereka.
Setelah para peragawan dan peragawati ‘senior’ turun, peragaan
busana dilanjutkan oleh para peragawan dan peragawati profesional. Busana yang
mereka peragakan – dari OH Boutique, pada awalnya adalah busana kreasi etnik
dari hasil paduan dengan kain sarung, tenun, maupun songket. Setelah itu,
giliran busana-busana rancangan OH Boutique yang lain yang diperagakan, mulai
dari busana muslim, kaftan, gaun panjang, sampai ke gaun mini yang indah.
Sedangkan para peragawannya menampilkan kemeja dan blazer yang gaya.
Foto: Thamrin Mahesarani |
Acara peragaan busana ditutup dengan pemberian karangan bunga
kepada Otty Hari Chandra Ubayani,
pemilik OH Boutique, oleh Mooryati
Soedibyo dan Aisyah Hamid Baidlowi.
Setelah mereka berfoto bersama, acara dilanjutkan dengan makan siang. Dan waktunya
memang pas. Pas tengah hari dan pas sudah lapar. Maka hadirin segera menyebar
ke kedua sisi gedung. Di sebelah kanan ada Soto Kudus serta jus buah, dan di
sebelah kiri ada nasi dengan lauk pauknya serta es campur.
Mengisi suasana makan siang, pemain organ tunggal dan penyanyinya
melantunkan lagu-lagu lama dan lagu-lagu perjuangan. Namun setelah membawakan
beberapa lagu, penyanyinya harus mengalah oleh mereka yang ingin menyumbangkan
suaranya. Maka, beraneka lagu segera terdengar dari para kontributor. Ada yang
menyanyikan lagu perjuangan, lagu cinta jadul, dan bahkan ada yang menyanyikan
lagu berbahasa Perancis!
Foto: Thamrin Mahesarani |
TNOL beranjak ke area bazaar yang terletak di dekat pintu masuk,
dan menghampiri Ketua Umum Koperasi Teladan 383, Otty, yang sedang duduk di
belakang meja jualan Sembako Murah Koptela 383. Tapi tumpukan paket sembako di
meja terlihat sudah tinggal sedikit. Dan TNOL lihat ada dua dus berisi penuh
paket sembako, di belakang meja. Sambil mendekat, TNOL bertanya apa Koptela sudah
mau tutup, kepada Otty. “Sudah habis diborong, Mas. Cuma tinggal ini,” jelas
Otty, menunjuk paket Sembako Murah yang masih tersisa di atas meja. Lebih
lanjut, Otty menyampaikan kabar gembira dengan wajah sumringah. “Insya Allah,
Koptela 383 bakal dapat order menyediakan sembako buat warga IKPNI nih, Mas.”
Alhamdulillah, mudah-mudahan. Dan semoga kerjasama yang saling
menguntungkan antara Koptela 383 dengan IKPNI bisa berlangsung langgeng.
Sehingga tujuan pendirian Koptela 383 benar-benar bisa terwujud, yaitu
bersama-sama meraih kesejahteraan, dan sekaligus ikut meneruskan cita-cita
perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita, untuk Indonesia yang
merdeka dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment